Kasus
Tawuran Dan Tindakan Anarkis Pelajar
Cerminkan Degradasi Moral Siswa
Tawuran pelajar dan tindakan anarkis
yang dilakukan Siswa SMAN 6 Jakarta terhadap para wartawan yang sedang meminta
klarifikasi mengenai perampasan peliputan kaset milik reporter Trans 7 dianggap
sebagai salah satu contoh degradasi moral dari sebagian generasi muda.
Menurut Ketua PP Muhammadiyah Din
Syamsuddin usai acara halal bihalal PP Muhammadiyah dan Ormas Islam dan Tokoh
Muslim di Gedung PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (20/9), sedih,
prihatin ada siswa yang melakukan seperti itu. Tindakan anarkis patut kita
sesalkan.
Menurutnya, peristiwa ini harus
menjadi bahan evaluasi mendasar bagi pemerintah. Pasalnya perilaku anarkis
tersebut dinilai memperjelas degradasi moral dikalangan pelajar. Oleh karena
itu pendidikan moral sangatlah penting untuk diberlakukan di lembaga
pendidikan. Peristiwa tersebut juga menguak tabir permasalahan dalam sistem
pendidikan Indonesia. Ia juga mendesak agar pihak penegak hukum mengusut tuntas
peristiwa tersebut. Bahkan jika ada dugaan keterlibatan guru atau wartawan juga
harus ditindak tegas.
ANALISIS KASUS
Situasi keluarga sangat berpengaruh
pada keberhasilan dan perkembangan psikologis anak, apabila dalam suatu
keluarga sering terjadi keributan atau pertengkaran antara kedua orang tua maka
hal itu sangat memicu untuk anak menjadi sangat agresif. Akibatnya anak
tersebut bisa jadi ikut tawuran ataupun berkelahi dengan teman-teman sebayanya
seperti pada kasus di atas. Apabila seorang anak itu tidak mendapatkan
kenyamanan dirumahnya sendiri maka ia akan mencari rasa aman atau kenyamanan
diluar rumah, dengan membentuk suatu geng bersama teman-teman sebayanya.
Masa remaja adalah masa pencarian
jati diri, pada masa ini remaja sangat membutuhkan bimbingan dari orang
terdekat seperti orangtuanya sendiri yang paling mengerti untuk menemukan jati
dirinya. Pada masa ini juga disebut masa yang paling membingungkan oleh para
remaja, maka dari itu pengawasan dan nasehat dari orangtua sangatlah dibutuhkan
agar ia dapat menjadi remaja yang terarah dan menemukan jati dirinya. Apabila
seorang remaja ini sudah mendapatkan pengakuan, kenyamanan dan ketenangan
dirumahnya sendiri, amaka ia tidak akan mncari pengakuan, dan rasa aman di luar
rumah dengan bergabung dan membentuk geng bersama teman-temannnya. Maka dari
itu bimbingan dari orang terdekat khususnya orangtua sangat dibutuhkan oleh
seseorang, khususnya bagi anak yang baru beranjak dewasa.
Faktor-faktor
yang menyebabkan kenakalan remaja
Faktor lingkungan merupakan peran utama dalam membantu masa
remaja untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Adapun faktor faktor yang
dapat menyebabkan munculnya kenakalan remaja adalah Keluarga (rumah
tangga), Sekolah, dan Kondisi Masyarakat (lingkungan social).
1. Keluarga (rumah tangga)
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak/remaja
yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik atau
disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih
besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga sehat atau
harmonis (sakinah).
2. Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar
anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik
untuk berperilaku menyimpang. Misalnya, kurikulum sekolah yang sering
berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang. Dalam hal ini yang
paling berperan adalah guru Agama, guru PKN dan Bimbingan Konseling,
meskipun semua elemen sekolah bertanggung jawab atas perilaku anak di sekolah.
3. Kondisi Masyarakat (Lingkungan Sosial)
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau
“rawan”, merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku
menyimpang. Faktor lingkungan yang sehat misalnya:ini dapat dibagi dalam 2
bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah
rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
Solusi
Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri
bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa
mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
1.
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk
melakukan point pertama.
2.
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga
tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
3.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta
orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus
bergaul.
4.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh
jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
Selain semua itu orang tua perlu juga memberikan pelajaran
dari dini mengenai betapa pemahaman mengenai agama sangat penting agar ketika
beranjak remaja merek bisa mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar