Jumat, 02 Desember 2016

#SIP Persamaan, Perbedaan, Pembahasan ELIZA, PARRY, NET TALK Artificial Intellegence dan Expert System.


sistem pakar 
Program kecerdasan buatan yang menggabungkan pangkalan pengetahuan dengan sistem inferensi. Ini merupakan bagian software spesialisasi tingkat tinggi yang berusaha menduplikasi fungsi seorang pakar dalam satu bidang keahlian. Program ini bertindak sebagai seorang ahli yang menjadi konsultan yang cerdas dan menjadi penasihat dalam lingkungan keahlian tertentu, sebagai hasil himpunan pengetahuan yang telah dikumpulkan dari beberapa orang pakar. Dengan demikian seorang awam sekalipun bisa menyadap sistem pakar itu untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Dewasa ini sistem pakar sudah banyak dikembangkan untuk dapat dipergunakan dalam komputer-komputer mini. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya dana yang diinvestasikan untuk pembuatan sistem pakar yang dapat berguna dalam kehidupan kita ini. Hal ini bisa terjadi karena sistem pakar dianggap begitu penting dan diharapkan dapat diperkenalkan pada masyarakat luas.
Sistem pakar, yang mencoba memecahkan masalah biasanya yang hanya bisa dipecahkan oleh seorang pakar, dipandang berhasil ketika mampu mengambil keputusan seperti yang dilakukan oleh pakar aslinya baik dari sisi proses pengambilan keputusannya maupun hasil keputusan yang diperoleh. Sebuah sistem pakar memiliki 2 komponen utama yaitu basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan dalam memori komputer, di mana pengetahuan ini diambil dari pengetahuan pakar (Kusrini, 2008).
Ada banyak cara untuk merepresentasikan pengetahuan, di antaranya adalah logika (logic), jaringan semantik (semantic nets), object-atribut-value (OAV), bingkai (frame), dan kaidah produksi (production rule) (Kusrini, 2008).
Mesin inferensi merupakan otak dari aplikasi sistem pakar. Bagian inilah yang menuntun user untuk memasukkan fakta sehingga diperoleh suatu kesimpulan. Apa yang dilakukan oleh mesin inferensi ini didasarkan pada pengetahuan yang ada dalam basis pengetahuan (Kusrini, 2008).

2. Persamannya : 
AI dan sistem pakar sama-sama memudahkan penyelesaian masalah manusia seperti dalam perhitungan, dan biasanya akan lebih konsisten dalam menerapkan logika sebab digunakannya dalam metode heuristic. AI dan Sistem Pakar persamaannya berbasis komputer yang terdapat adanya fakta, pengetahuan, dan memecahkan masalah yang biasanya dilakukan para ahli.

3. Perbedaan AI dan Sistem Pakar  
Sistem pakar lebih mengacu pada perancangnya sendiri sebagai objek dalam menghasilkan sebuah hasil yang maksimal, sedangkan AI lebih mengacu kepada jalur yang berorientasi pada hardware guna mencapai yang maksimal.

  • ELIZA
Pada 1966, Joseph Weizenbaum dari MIT memperkenalkan Eliza, suatu program komputer yang mampu berkomunikasi dan bisa menanggapi manusia dengan menggunakan bahasa sehari-hari. Weizenbaum berharap Eliza dapat menembus dinding pembatas antara komputer dan manusia. Eliza termasuk kedalam sistem pakar.

  • PARRY 
Colby, Hilf, Webber dan Kraemer (1972) mensimulasikan seorang pasien, dan menyebut program ini PARRY, karena ia mesimulasikan seorang pasien paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoia memang ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya cukup hebat, dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi komputer dan respon manusia. Parry pun juga termasuk ke dalam sistem pakar.

  • NETtalk 
Progam ini jenisnya cukup berbeda, berdasarkan pada jaring-jaring neuron, sehingga dinamakan NETtalk. Program ini dikembangkan oleh Sejnowki disekolah medis harvard dan Rosenberg di universitas Princeton. Dalam program ini, NETtalk membaca tulisan dan mengucapkannya keras – keras. NETtalk membaca keras-keras dengan cara mengkonversi tulisan menjadi fenom-fenom, unit dasar dari suara sebuah bahasa. Sistem ini memiliki tiga lapisan: lapisan input, dimana setiap unit merespons sebuah tulisan; lapisan output, dimana unit menampilkan ke 55 fenom dalam bahasa inggris; dan sebuah lapisan unit tersembunyi, dimana setiap unit ditambahkan koneksinya pada setiap unit input maupun output. NETtalk membaca dengan memperhatikan setiap tulisan satu demi satu, dan dengan menscanning tiga tulisan pada setiap sisi demi sebuah informasi yang kontekstual. Disini lafal ‘e’ pada ‘net’, ‘neglect’, dan ‘red’ bisa ditangkap dengan bunyi yang berbeda. Setiap NETtalk membaca sebuah kata, program ini membandingkan pelafalannya dengan lafal yang benar yang disediakan manusia, kemudian menyesuaikan kekuatannya untuk memperbaiki setiap kesalahan. NETtalk juga merupakan sistem.

sumber:
Achmad, B. (2006). Diktat mata kuliah: kecerdasan buatan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Kusrini. (2006). Sistem pakar, teori dan aplikasi. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Kusrini. (2008). Aplikasi sistem pakar menentukan faktor kepastian pengguna dengan metode kuantifikasi pertanyaan. Yogyakarta: C.V Andi Offset

#SIP RANCANGAN INTERFACE DAN FLOWCHART UNTUK SEBUAH APLIKASI BERNUANSA PSIKOLOGI



A.   INTERFACE
          Interface atau lebih sering disebut dengan antarmuka adalah sebuah media yang dapat menjembatani antara user dan sistem untuk melakukan komunikasi. Antar muka mempunyai dua tugas pokok, yaitu untuk menterjemahkan semua aksi yang diberikan user sehingga dimengerti sistem serta menampilkan hasil operasi dari sistem kedalam bentuk yang dimengerti oleh user. Antarmuka banyak sekali kita jumpai di kehidupan tidak hanya dalam software

Contoh interface : tombol start dan Window Explorer dalam OS Windows, remote TV, panel kontrol listrik, dan tombol on/off lampu. Pada modul ini hanya akan membahas tentang antar muka yang digunakan dalam lingkungan software. Pada saat ini antar muka yang paling sering digunakan pada sebuah software adalah menggunakan GUI (Graphical User Interface).

B. FLOWCHART

Penyajian yang sistematis tentang proses dan logika dari kegiatan penanganan informasi atau penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan urut-urutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam pengoperasian.

·         Tujuan Membuat Flowchart
a.   Menggambarkan suatu tahapan penyelesaian masalah
b.   Secara sederhana, terurai, rapi dan jelas
c.    Menggunakan simbol-simbol standar

·            Pedoman-pedoman Dalam Membuat Flowchart
Jika seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti :
a.     Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.
b.    Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.
c.     Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.
d.    Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan deskripsi kata kerja, misalkan melakukan penggandaan diri.
e.    Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.
f.     Lingkup dan range dari aktivitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama. Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya tidak berkaitan dengan sistem.
g.    Gunakan simbol-simbol flowchart yang standar.









C.   APLIKASI ONLINE BERNUANSA PSIKOLOGI


1.  Tes IQ

Menurut David Wechsler, inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan, dapat dikatakan pula IQ atau Intelligence Quotient adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dari seseorang yang merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan dan mengolah informasi menjadi fakta.
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkap seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh garis keturunan atau gen.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorang dewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, seperti gangguan fisik (sakit demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya, apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan lebih cepat dan banyak dibandingkan dengan anak yang IQ-nya rendah.
Laurel Schmidt membagi kecerdasan dalam tujuh macam, antara lain :
·         Kecerdasan visual (kecerdasan gambar), yaitu untuk keterampilan atau bakat arsitek, seniman, dan designer.
·         Kecerdasan verbal atau linguistik (kecerdasan berbicara), yaitu keterampilan bagi mereka yang memiliki kecerdasan pengarang atau menulis, guru, penyiar radio, pemandu acara, presenter, pengacara, penterjemah, dan pelawak.
·         Kecerdasan musik, yaitu keterampilan seperti pengubah lagu, pemusik, penyanyi, disc jokey, guru seni suara, kritikus musik, ahli terapi musik, audio mixier (pemandu suara dan bunyi).
·         Kecerdasan logis atau matematis (kecerdasan angka), yaitu keterampilan bagi mereka yang memiliki kecerdasan seperti ahli metematika, ahli astronomi, ahli pikir, ahli forensik, ahli tata kota , penaksir kerugian asuransi, pialang saham.
·         Kecerdasan interpersonal atau cerdas diri, yaitu keterampilan atau keahlian bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini adalah ulama, pendeta, guru, pedagang, resepsionis, pekerja sosial, perantara dagang, pengacara, manajer sumber daya manusia.
·         Kecerdasan intrapersonal (cerdas bergaul), yaitu profesi yang cocok bagi mereka yang memiliki kecerdasan peneliti, ahli kearsipan, ahli agama, ahli budaya, ahli purbakala, ahli etika kedokteran.
Tes IQ adalah tes yang nilainya mencerminkan kecerdasa individu yang menjalani tes tersebut, tes IQ ada bermacam-macam jenisnya, ada yang berbentuk pertanyaan tulis maupun gambar.
Fungsi dari Test IQ (Inteligent Quotient) adalah psikotes yang bertujuan untuk memperoleh nilai yang dapat mencerminkan tingkat kecerdasan individu yang melakukan Test IQ tersebut. Test IQ sendiri ada beberapa macam, ada yang berupa pertanyaan tertulis dan ada juga  pertanyaan berupa gambar. Kata “kecerdasan” sendiri merupakan istilah umum yang sering dipakai untuk menjelaskan sejumlah kemampuan, seperti menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ.
Adapun manfaat dan fungsi dari Tes IQ adalah :
·         Untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang.
·         Untuk melihat sejauh mana potensi yang dapat dikembangkan secara maksimal.
·         Untuk mengkreasikan antara tingkat kecerdasan dengan hasil belajar yang selama ini dicapai (apabila IQ tinggi seharusnya berbanding lurus dengan prestasi belajar).
·         Dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenjang pendek/panjang.

Untuk skor tes IQ yang dihasilkan berkisar 70 – 169 dengan pengelompokan sebagai berikut :
140 – 169 : Very superior (sangat pandai)
120 – 139 : Superior (pandai)
110 – 119 : High Average (diatas rata-rata)
90 – 109   : Average (rata-rata)
80 – 89    : Low average (dibawah rata-rata)
70 – 79    : Barderline (lambat belajar)
Dengan mengetahui manfaat dan fungsi dari Test IQ tersebut maka dapat dijadikan dasar untuk membantu mengarahkan, membimbing dan mendidik anak atau siswa kita sesuai dengan tingkat kecerdasan mereka masing-masing. Saat ini banyak Sekolah Dasar telah bekerjasama dengan biro psikologi yang melayani jasa psikotes untuk membantu dana memantau perkembangan siswa.

Jenis-jenis dari test IQ
Terdapat dua jenis dari test IQ:
·         Verbal - Jenis ini menentukan tingkat kemampuan untuk menemukan konsep umum dari contoh yang disajikan: "anjing, kucing, singa = hewan", menentukan konsep yang tidak berkaitan dengan kelompok: "burung, kelinci, monyet, mobil", menemukan keteraturan dalam angka-angka: "11,12,14,17,21", memecahkan deretan angka, dan lain-lain.
·         Non-verbal - Ini adalah tes yang didesain untuk mengukur kemampuan dalam membentuk kubus, mengorganisasikan gambar-gambar dari waktu tertentu dan urutan logika, membangun bentuk-bentuk dari bagian-bagian tertentu, dan lain-lain. Beberapa tes ini sering kali ditujukan untuk menjelajahi pikiran abstrak anda, atau yang kompleks maupun yang mendetail.
Di zaman modern seperti sekarang, juga sudah banyak sekali jasa tes IQ berbasis online, semakin memudahkan bagi mereka yang tidak sempat untuk datang ke biro psikologi untuk melakukan tes IQ. Adapun link tes IQ online sebagai berikut :

2.  Counseling Online
Kehadiran  teknologi  informasi dan komunikasi dari waktu ke waktu semakin berkembang (Ahmedani, 2011: Lievrouw, L. A. 2010). Munculnya teknologi informasi dan komunikasi telah membuka era baru dalam profesi konseling Zeng, (2010). Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi para  guru bimbingan dan konseling (BK)/konselor   untuk   dapat berperan serta dan dapat menguasai berbagai keterampilan didalamnya.
Sering kali permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa/remaja berawal dari dunia online, Csiernik (2006) menyatakan bahwa teknologi informasi juga dapat secara sosial mengisolasi dan telah menyebabkan masalah sosial baru khususnya di kalangan anak dan remaja. Tidak hanya itu konselor pun dapat mengalami masalah di lapangan berawal dari dunia online, selain dunia online dapat menjadi sarana dalam membantu guru bk/konselor untuk meng-update pengetahuannya guna membantu menjalankan tugas, mencari referensi, diskusi dan sebagainya. Begitu juga dengan penyelenggaraan  konseling yang tidak  hanya  dilakukan  secara  face to face  (FtF) dalam satu  ruang  tertutup,  namun  bisa  dilakukan  melalui  format  jarak  jauh yang di bantu teknologi yang selanjutnya  dikenal dengan istilah  e-konseling (Gibson: 2008). Istilah e-konseling  berasal dari Bahasa Inggris yaitu e-counseling (electronic counseling) yang secara singkat dapat diartikan yaitu proses penyenggaraan konseling secara elektronik. Cikal bakal berdirinya istilah e-counseling berawal dari penyelenggaraan konseling online pada dekade 1960-1970, sebagaimana Koutsonika (2009) menyebutkan bahwa konseling online pertama kali muncul pada dekade 1960 dan 1970 dengan perangkat lunak program Eliza dan Par.
Di Indonesia sendiri tidak ada  informasi pasti tentang kapan awalnya muncul istilah e-konseling, meskipun sebelumnya istilah ini ada yang menyebutnya dengan istilah cyber konseling, virtual konseling dan sebagainya. Namun secara khusus Ifdil (2009) memperkenalkan istilah Pelayanan E-Konseling, istilah ini merangkaikan kata pelayanan dan kata e-konseling.  Pelayanan e-konseling tidak hanya terbatas pada penyelenggaraan konseling  (istilah yang paling populer untuk mengebut konseling individual) saja, namun diperluas menjadi  penyenggaraan BK secara keseluruhan. Tidak hanya online konseling melalui internet namun juga semua aspek pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyenggaraan BK seperti penggunaan dan pemanfaatan program instrumentasi, himpunan data siswa, aplikasi manajemen konseling, system informasi BK, pemanfaatan media saat pemberian informasi klasikal di kelas dan sebagainya termasuk juga pemanfaatan telepon untuk penyelenggaraan konseling.
Sejak lahirnya istilah Pelayanan e-konseling dan sebelumnya telah banyak dikembangkan berbagai aplikasi penunjang penyelenggaraan BK di Indonesia seperti  Program Aplikasi untuk pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM), Program Analisis Tugas Perkembangan (ATP), Program Daftar Cek Masalah (DCM), Program Aplikasi IKMS , Database Siswa, Program sosiometri dan sebagainya  termasuk lahirnya  situs-situs penyedia layanan konseling online.  Situs-situs ini secara khusus memanfaatkan berbagai media online yang bisa digunakan untuk penyelenggaraan konseling online seperti situs jejaring sosial misalnya  facebook, twitter, myspace, email pribadi dan beberapa program aplikasi untuk chatting (instant messaging) seperti skype, messenger, google talk, window live messenger bahkan penggunaan telepon dan handphone serta media khusus  teleconference lainnya.
Pelayanan ini dilakukan konselor dalam upaya membantu mengentaskan dan menangani permasalahan klien. Gibson (2008) menyebutkan  pelayanan ini dilakukan oleh konselor untuk memberikan kenyamanan bantuan yang dibutuhkan konseli ketika menghadapi suatu masalah dan tidak mungkin dilakukan secara face to face (Gibson: 2008). 
Beberapa tahun kedepan kebutuhan akan pelayanan secara online akan meningkat (Mallen: 2005). Konseling online akan menjadi alternatif dalam penyelenggaraan konseling, sebagaimana yang dikemukan oleh Norcross, Hedges, & Prochaska, Stamm (dalam Mallen. 2005).
Online-counseling services are currently being provided in a variety of formats and are expected to increase in the next 10 years. Clients are using videoconferencing, synchronous chat, and asynchronous e-mail with professional psychologists in place of or in addition to face-to-face (FtF) counseling.
Kondisi tersebut mau tidak mau, mengharuskan para guru bk/konselor untuk menguasai keterampilan pelayanan e-konseling secara umum dan konseling online secara khusus. Jika tidak kondisi BK kita akan kian terpuruk, guru BK/konselor dipandang gagap teknologi, terlalu rigit dan tidak mau berkembang. Beberapa temuan di lapangan memperlihatkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Masih ada guru BK/konselor yang belum mengenal internet, tidak memiliki alamat email, tidak memanfaatkan fasitas teknologi informasi yang disediakan sekolah, bahkan masih ada guru BK/konselor yang belum bisa menggunakan komputer sama sekali untuk keperluan yang sederhana, dalam menunjang penyelenggaraan tugasnya.
Untuk menjawab permasalahan tersebut artikel ini lebih lanjut akan menyajikan dan mendiskripsikan salah satu bentuk pelayanan e-konseling yaitu penyelenggaraan konseling secara online, diharapkan artikel ini dapat memberi pengetahuan dan wawasan kepada guru BK/konselor yang nantinya dapat diaplikasikan untuk menjalankan tugasnya dalam mengentaskan permasalahan yang dihadapi oleh konseli/klien.

a.    Pengertian Konseling Online
Koutsonika (2009) menyebutkan bahwa konseling online pertama kali muncul pada dekade 1960 dan 1970 dengan perangkat lunak program Eliza dan Parry, pada perkembangan awal konseling online dilakukan berbasis teks, dan sekarang sekitar sepertiga dari situs menawarkan konseling hanya melalui e-mail (Shaw & Shaw dalam Koutsonika (2009)). Karena kemajuan teknologi metode lain juga digunakan seperti live chat, konseling telepon dan konseling video.
Sebelum kita membahas lebih lanjut, terlebih dahulu kita melihat makna dari segi Istilah dan bahasa. Istilah konseling online merupakan dua kata yaitu kata ”konseling” berasal  dari  kata  ”counseling”  (Inggris)  dan  kata  ”online”.   kedua  kata  tersebut  lebih  lanjut dapat  dimaknai  sebagai berikut:
Menurut Gustad’s  (dalam  Gibson  &  Mitchell,  1995)  Counseling is a learning-oriented process, carried on in a simple, one-to-one social environment, in which a counselor, professionally competent in relevant psychological skill and knowledge, seeks to assist the client, by methods appropriate to the latter’s needs and within the context of the total personnel program, to learn more about himself and to accept himself, to learn how to put such understanding into effect in relation to more clearly perceived, realisticaly defined goals to the end that the client may become a happier and more productive member of his society.
Ethical  Standard  of  American  Personnel  and  Guidance  Association  (dalam Belkin,1976:456)   menyebutkan   bahwa   “A   counseling   relationship   denotes  that  the  personsseeking  help  retain  full  freedom  of  choice  and  decision and that the helping person has noauthority  or   responsibility   to   approve  or   disapprove  of the  choices or decisions  of the counselee  or  client”. 
Hubungan  konseling  adalah  sebuah  hubungan  yang  membantu  klien dalam  membuat  pilihan  dan keputusan.
Sementara  itu,  Gibson  &  Mitchell  (1995)  menyatakan  definisi  konseling  perorangan sebagai berikut: Individual counseling is a one-to-one relationship involving a trained counselor and focuses on some aspects of a client’s adjusment, developmental, or decision-making needs. This process provides a relationship and communications base from which the client can develop understanding, explore possibilities, and initiate change.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami dan disimpulkan bahwa konseling online adalah usaha membantu (therapeutic) terhadap klien/konseli dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi, komputer dan internet.

b.   Proses  Konseling  Online
Proses konseling online bukanlah sebuah proses yang sederhana. Diperlukan kemampuan pendukung lain selain ketrampilan dasar konseling, sebagaimana yang dikemukan oleh Koutsonika (2009) :
Selain apa yang dikemukan di atas, secara spesifik penyedia konseling online secara rinci biasanya memberikan tata cara dalam melakukan proses konseling online. Namun pada pembahasan artikel ini penulis memberikan gambaran umum proses konseling online.
Proses konseling secara umum dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu:
·         Tahap Persiapan
Tahap persiapan mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), yang mendukung penyelenggaraan konseling online. Seperti perangkat komputer /laptop yang dapat terkoneksi dengan internet/ethernet, headset, mic, webcam dan sebagainya. Perangkat lunak yaitu program-program yang mendukung dan akan digunakan, account dan alamat email.
·         Tahap  Konseling
Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konseling face-to-face (FtF) pada kali ini penulis mencoba menyajikan berdasarkan tahapan Konseling Pancawaskita (KOPASTA) yaitu terdiri atas lima tahap yakni tahap, pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian.

c. Media Konseling  Online
Guru BK/Konselor dapat bertemu dengan klien/konseling dengan menggunakanteknologi.Kondisi  ini  bertujuan  untuk  memudahkan  konselor  dalam  membantu  kliennya, memberikan kenyamanan kepada klien dalam bercerita dengan menggunakan aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya dengan konselor dengan  tanpa  harus  tatap  muka secara langsung.
·      Website/situs
Dalam   menyelenggarakan   konseling   online   guru   BK/konselor   dapat   menyediakansebuah alamat situs.
Situs  ini  menjadi  alamat  untuk  melakukan  praktik online.  Sehingga klien/konseli  yang  ingin  melakukan  konseling  online  dapat  berkunjung  ke  situs  tersebut terlebih untuk  selanjutnya melakukan konseling  online.
Untuk   dapat   memiliki   website   konselor   dapat   berkerjasama   dengan   perusahaaan. dan/atau  para  pakar  bidang  web  developer.  Konselor  dapat  memilih  bentu design webyang   diinginkan   mulai   dari   html,   php   dan   website   yang   menggunakan CMS  (Content Management  System). Penyediaan  ini membutuhkan  biaya  yang  cukup  besar.
·         Telephone/Handphone
Lebih sederhana konseling online dapat dilakukan dengan memanfaatkan telephone. Dimana konselor dan klien/konseli bisa daling tehubung dengan menggunakan perangkat ini. “Telephone-based individual counseling involves synchronous distance interaction between a counselor and a client using what is heard via audio to communicate.( National Board for Certified Counselors.tt).
Telphone/handphone dapat digunakan untuk menghubungi konselor. konselor dapat mendengar dengan jelas apa yang diungkapkan kliennya melalui fasilitas telphone/handphone. Dengan fasilitas ini pula Konselor dengan segeranya dapat merespon apa yang dibicarakan oleh kliennya. Rosenfield and Smillie (dalam Mallen, 2011) menyebutkan bahwa dalam Studi kasus menunjukkan bahwa konseling dengan menggunakan telepon dapat berjalan efektif dalam membantu menangani individu dengan efek psikologis kanker
·         Email
Email
merupakan singkatan dari Electronic Mail, yang berarti 'surat elektronik'. Email merupakan sistem yang memungkinkan pesan berbasis teks untuk dikirim dan diterima secara elektronik melalui beberapa komputer atau telepon seluler. Lebih spesifik lagi, email diartikan sebagai cara pengiriman data, file teks, foto digital, atau file-file audio dan video dari satu komputer ke komputer lainnya, dalam suatu jaringan komputer (intranet maupun internet). Ada banyak penyedia account email gratis seperti @yahoo, @gmail, @aim, @hotmail, @mail, @tekomnet, @plasa dan masih banyak yang lainnya.
·         Chat, instant messaging dan jejaring  sosial

Chat dapat diartikan sebagai obrolan, namun dalam dunia internet, istilah ini merujuk pada kegiatan komunikasi melalui sarana beberapa baris tulisan singkat yang diketikkan melalui keyboard. Sedangkan percakapan itu sendiri dikenal dengan istilah chatting.. Percakapan ini bisa dilakukan dengan saling berinteraktif melalui teks, maupun suara dan video. Berbagai aplikasi dapat digunakan untuk chatting ini, seperti skype, messenger, google talk, window live messenger, mIRC, dan juga melalui jejaring sosial seperti facebook , twitter dan myspase yang didalamnya juga tersedia fasiltas chatting.
·         Videoconferencing
Video conference
, atau dalam bahasa Indonesia disebut video konferensi, atau pertemuan melalui video. Pertemuan ini dibantu oleh berbagai macam media jaringan seperti telepon ataupun media lainnya yang digunakan untuk transfer data video. Alat khusus video konferensi sangat mahal sehingga alternatif Konselor dan Klien dapat menggunakan fasilitas video konferensi yangterdapat pada beberapa aplikasi Instant Messaging  yang didalamnya sudah menyediakan fasiltitas video call.
·         Efektivitas Konseling Online
Selama perjalanan penulis dari tahun 2008 melakukan konseling online, hal ini cukup efektif jika permasalahan yang dihadapi membutuhkan segera untuk dientaskan sementara tidak ada kesempatan atau  terkendala jarak untuk dapat melakukan FtF maka konseling online menjadikan alternatif pengentasan masalah.  Dan ketika konseling online dilakukan dengan media yang lengkap (menggunakan video call) dengan didukung tersedianya jaringan internet yang sangat cepat, hal ini hampir sama dengan melakukan konseling FtF.
·         Keterbatasan
Keterbatasan konseling online diantaranya adalah konseling sangat tergantung dengan dukungan media,  jika media yang digunakan tidak bermasalah, konseling akan lancar untuk dilakukan. Namun sebaliknya konseling online bisa saja terputus dan bahkan tidak dapat terselenggara dengan matinya listrik, koneksi terganggu, atau rusaknya perangkat yang digunakan.
Kondisi lain adalah masih rendahnya atau tidak terlatihnya guru BK/konselor dalam penggunaan media. Tidak adanya pelatihan formal dan khusus yang dapat diikuti untuk terampil dalam penyelenggaraan konseling online. Konseling online sampai saat ini di Indonesia tampaknya menjadi paruh waktu, dan sedikit tumpang tindih dengan praktek FtF.

SUMBER:
Anastasi, Anne. (2007). Tes psikologi. Jakarta: PT Indeks.
Belkin, G. S. (1975). Practical counseling in the school. USA: Brown Company Publishers.
Djumhar & Surya, M. (1975). Bimbingan dan penyuluhan di sekolah (guidance & counseling). Bandung : CV Ilmu.
Gibson, R.L. & Mitchell, M.H. (2008). Introduction to counseling and guidance. New York: Macmillan Publisher.
Graham, J.R. (2006). Assesing personality and psychopatology. New York: Oxford University Press.
Jogiyanto. (1990). Analisis dan desain sistem informasi. Yogyakarta: Andi Off Set.
Prayitno. (2004). Konseling pancawaskita. Padang: FIP.
Prayitno. (2004). Seri layanan konseling. Padang: FIP.
Shertzer, B., &  Stone, S.C. (1976). Fundamental of guidance. Boston: HMC.
Tavri D. M. Analisa perancangan sistem pengolahan data. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Winkel, W. S. (2005). Bimbingan dan konseling di intitusi pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Yourdon, E. (1989). Modern structure analysis. New Jersey: Prentice Hall.